JAKARTA (WIN): Rencana pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi ditolak mentah-mentah oleh Fraksi Hanura di DPR. Hanura berpandangan, defisit keuangan negara bukan karena meningkatnya biaya subsidi BBM, melainkan karena ketidakbecusan pemerintah mengelola keuangan negara.
"Fraksi
Hanura berpandangan alasan pemerintah menaikan harga BBM demi
mengurangi defisit keuangan negara tidak tepat," kata anggota Badan
Anggaran DPR Fraksi Hanura, Nurdin Tampubolon saat membacakan pandangan
mini fraksinya dalam sidang paripurna di kompleks parlemen Senayan,
Senin (17/6/13).
Nurdin menyatakan, defisit keuangan negara
terjadi lantaran pemerintah gagal meningkatkan penerimaan negara dari
sektor pajak dan sumber-sumber penerimaan lain. Sebaliknya, penerimaan
negara justru menurun lantaran kelemahan pemerintah.
Hanura
mengingatkan pemerintah untuk tidak membebankan kesalahan kepada rakyat.
"Fraksi Hanura menolak kenaikan BBM karena bertolak belakang dengan
tujuan memakmurkan rakyat," ujarnya.
Hanura menolak argumentasi
pemerintah yang menyebut harga BBM di Indonesia merupakan salah satu
yang termurah di dunia. Nurdin menjelaskan, mahal dan murahnya harga BBM
mesti dibandingkan dengan daya beli masyarakat di Indonesia.
"Masyarakat harus mengeluarkan uang yang banyak dari pendapatan
rata-rata untuk membeli BBM," tutur Nurdin.
Penyelamatan defisit
keuangan negara, kata Nurdin, bisa dilakukan tanpa menaikan harga BBM
bersubsidi. Hanura berpendapat, pemerintah sebaiknya melakukan upaya
optimalisasi pendapatan negara sekaligus meningkatkan efisiensi
pengeluaran dan meningkatkan produksi. "Perlu dicatat kenaikan harga BBM
dapat meningkatkan inflasi tahunan mencapai 7,76 persen," imbuh Nurdin
mengakhiri.
Fraksi Hanura tak bergeming untuk tetap menolak
kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Keputusan tersebut diambil
walaupun di dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN)
2012, pemerintah sudah diberikan keleluasaan untuk dapat menaikan harga
BBM dengan catatan ICP dalam enam bulan terakhir mencapai AS$ 115.
“Sementara
ICP saat ini 95 U$D. Berarti pemerintah tidak mempunyai alasan yang
kuat untuk menaikan harga BBM. Apalagi saat ini adalah waktu yang kurang
tepat yaitu akan memasuki bulan Ramadhan,” kata Sekretaris Fraksi
Hanura, Saleh Husin.
Ditegaskan, tanpa kenaikkan harga BBM pun,
memasuki bulan suci Ramadhan biasanya juga akan diikuti dengan
meningkatnya harga berbagai kebutuhan rumah tangga. Terlebih pada
pertengahan tahun ini juga berbarengan dengan tahun ajaran baru
pendidikan, biasanya orangtua siswa-siswi harus menyiapkan biaya yang
tinggi. “Harusnya, pemerintah mempunyai empati untuk hal ini,” ucap
Husin.
Oleh sebab itu, sejauh ini Hanura akan tetap konsisten
menolak kenaikan harga BBM. Sebaliknya, untuk masalah BLSM, raskin, PKH,
maupun beasiswa pada intinya menyetujui. Namun dengan syarat, dana dan
rujukan kebijakannya tidak boleh bersumber dari pinjaman ADB dan IBRD.
“Mau memberikan bantuan tapi dari utang luar negeri. Inilah yang kami
tentang,” ucap Saleh.
0 komentar:
Posting Komentar